Bos Badan Pangan Buka Suara Soal Impor Beras 5 Juta Ton Tahun 2024

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (26/8/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (26/8/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, sampai dengan saat ini penugasan impor beras untuk mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP), yang diberikan kepada Perum Bulog masih sebanyak 3,6 juta ton. Artinya, masih belum ada rencana penambahan kuota impor beras sebanyak 5 juta ton untuk saat ini.

“Sampai hari ini penugasan impor beras dari Bapanas kepada Bulog tahun 2024 masih 3,6 juta ton,” kata Arief saat ditemui di Auditorium Kementerian Pertanian, Kamis (29/8/2024).

Meski begitu, Arief mengaku masih belum tahu ke depannya kuota impor beras itu akan ditambah atau justru dikurangi. Katanya, perlu melihat situasi dan kondisi produksi beras dalam negeri dulu untuk menetapkan ke depannya bagaimana.

“Ada kemungkinan ditambah, ada kemungkinan dikurangi. Tapi kita harus lihat produksi,” ucapnya.

Namun ia menegaskan, sampai dengan saat ini kuota impor beras masih belum ditambah menjadi 5 juta ton.

“Pokoknya, sampai hari ini masih 3,6 juta ton yang ditugaskan ke Bulog,” tegas dia.

Lebih lanjut, Arief menekankan, fokus utama pihaknya saat ini adalah mengutamakan produksi dalam negeri.

“Bagaimana Kementerian Pertanian lagi membangun Merauke, itu nggak mudah, tapi itu dikerjakan oleh pemerintah. Terus mempersiapkan benih, pupuk yang tadinya 4,7 juta ton sekarang jadi 9,5 juta ton, lahannya juga ditambahin. Itu memang untuk mendorong produksi dalam negeri,” cetusnya.

Sebelumnya, pada awal bulan Juni 2024 lalu, Arief mengatakan, ada potensi Indonesia kekurangan produksi beras hingga 5 juta ton tahun ini. Meski demikian, ia masih belum bisa memastikan kekurangan tersebut apakah akan ditutup dengan pengadaan luar negeri atau tidak.

“Ini potensi kekurangan (produksi tahun ini) kurang lebih 5 juta ton. (Tapi masih belum tahu apakah bakal ditambah impor), karena sekarang saja dari kuota 3,6 juta ton kita masih pelan-pelan, (sekarang) baru 2 juta ton. Kita usahakan dalam negeri, karena sayang kita ambil dari luar negeri, kalau 3 juta ton saja itu sudah Rp 30 triliun,” kata Arief saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (10/6/2024).

Adapun potensi kekurangan produksi beras hingga 5 juta ton tersebut, katanya, karena musim tanam yang geser akibat El Nino. Ditambah, tren hasil produksi di semester II yang biasanya lebih rendah ketimbang di semester I.

Dampak El Nino yang memicu kekeringan ekstrem di Indonesia tahun 2023 lalu, juga sempat disinggung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. Kala itu, dia memprediksi impor beras tahun 2024 bisa saja mencapai 5 juta ton.

Lalu seperti apa sebenarnya kondisi produksi beras di Tanah Air?

Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi Indonesia akan menikmati surplus beras pada bulan Agustus-September 2024. Menyusul adanya peningkatan produksi beras secara nasional di bulan-bulan tersebut.

Di sisi lain, BMKG menyebut La Nina belum terkonfirmasi terjadi. Padahal, La Nina ini diharapkan bisa membawa peningkatan hujan di daerah-daerah yang kini kering akibat musim kemarau. Dengan begitu, akan bisa membantu pasokan air untuk tanaman padi di musim tanam kali ini.

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, puncak panen padi di tahun 2024 mengalami pergeseran. Jika pada tahun 2022 dan 2023, puncak panen padi terjadi di bulan Maret, sedangkan pada tahun 2024 terjadi di bulan April.

“Kalau kita lihat, ini terjadi kenaikan luas panen di Agustus dan September 2024. Begitu juga dengan produktivitasnya, di bulan Agustus dan September ini terjadi peningkatan produksi padi secara nasional,” katanya, dikutip Jumat (23/8/2024).

BPS memproyeksikan, luas panen pada bulan Agustus 2024 naik menjadi sekitar 940 ribu hektare (ha), dan di bulan September 2024 menjadi sekitar 1 juta ha. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun 2022 dan 2023 yang berkisar 800-an ribu ha. Demikian mengutip bahan paparan Pudji Ismartini saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, yang ditayangkan akun Youtube Kemendagri, Senin (19/8/2024).

“Di bulan Agustus, produksi padi diprediksi mencapai 4,62 juta ton gabah kering giling (GKG) dan di bulan September sebesar 5,14 juta ton GKG,” kata Pudji.

Padahal, tahun 2022, produksi gabah di bulan Agustus-September masing-masing tercatat skeitar 4,08 juta ton GKG dan 4,34 juta ton GKG. Dan di tahun 2023 masing-masing sekitar 4,38 juta ton GLG dan 4,37 juta ton GKG.

Dengan posisi itu, BPS memprediksi, akan terjadi surplus beras di bulan Agustus dan September 2024. Yaitu, masing-masing sekitar 80-an ribu ton dan 30-an ribu ton setara beras.

“Angka ini masih estimasi, begitu juga dengan luasan panen masih potensi,” kata Pudji.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*