Semangat optimisme menyelimuti lantai bursa pada Selasa pagi (15/10/2024), saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangan dengan penuh percaya diri.
Barometer utama pasar modal Indonesia ini semakin mendekati level psikologis 7.600, menunjukkan antusiasme para pelaku pasar.
Tepat saat lonceng pembukaan berbunyi, IHSG langsung melesat 0,25% ke posisi 7.579,04. Momentum positif ini terus berlanjut, dan selang waktu lima menit setelah pembukaan, indeks semakin menguat hingga 0,36%, menyentuh level 7.587,01.
Gairah perdagangan pun ikut terpicu oleh sentimen positif ini. Tercatat nilai transaksi yang mengesankan di awal sesi I, mencapai angka Rp 728,76 triliun.
Sementara itu, volume saham yang berpindah tangan mencapai 1,77 juta lembar, hasil dari 68,27 transaksi yang terjadi.
Penguatan IHSG di pagi yang cerah ini didorong oleh berbagai faktor pendukung yang datang dari dalam negeri.
Pasar modal Indonesia tampaknya merespon baik perkembangan terkini dalam transisi pemerintahan dan proyeksi ekonomi yang menjanjikan.
Stabilitas politik menjadi salah satu faktor utama pendorong kenaikan IHSG. Pertemuan Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan 49 tokoh dan calon menteri di kediamannya kemarin menunjukkan proses transisi yang berjalan mulus.
Khususnya, permintaan Prabowo kepada Sri Mulyani untuk kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan dipandang sebagai sinyal positif akan kontinuitas kebijakan ekonomi yang telah terbukti efektif.
Selain itu, fokus pemerintahan baru pada penguatan ekonomi terlihat dari diskusi intensif antara Prabowo dan Sri Mulyani mengenai APBN dan program prioritas.
Hal ini memberikan keyakinan kepada pelaku pasar akan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sentimen positif juga datang dari sektor perdagangan luar negeri. Proyeksi surplus neraca perdagangan September 2024 sebesar US$2,9 miliar, lebih tinggi dari bulan sebelumnya, menandakan kinerja ekspor yang kuat.
Jika terealisasi, ini akan menandai 53 bulan berturut-turut Indonesia mencatatkan surplus, mencerminkan fundamental ekonomi yang tangguh.
Kenaikan harga komoditas, terutama CPO dan batu bara, turut mendukung optimisme pasar.
Harga CPO mengalami apresiasi 0,45% sepanjang September, sementara harga batu bara juga menunjukkan tren positif.
Hal ini berpotensi meningkatkan nilai ekspor Indonesia dan memberikan angin segar bagi saham-saham sektor komoditas di bursa.
Proyeksi pertumbuhan ekspor sebesar 8,78% dan impor 13,87% (year-on-year) pada September 2024 juga menunjukkan geliat positif aktivitas perdagangan.
Angka-angka ini memperkuat narasi pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, sekaligus menjadi indikator menarik bagi investor yang mencari peluang di pasar berkembang seperti Indonesia.