Universitas Bengkulu menggandeng generasi muda Provinsi Bengkulu dalam membangun semangat dan kesadaran masyarakat terhadap konservasi satwa, terutama satwa yang dilindungi. �
“Kami menargetkan anak SMP dan anak SMA (untuk membangun kesadaran konservasi) yang tentu mereka punya power, karena influenser tumbuh dari kalangan mereka, mereka menyukai media sosial,” kata Guru Besar Lingkungan Universitas Bengkulu Prof Agustin Zarkani di Bengkulu, Selasa.
Dia mengatakan saat ini pusat tren lebih diciptakan oleh generasi muda, kemudian para generasi muda tersebut yang juga menguasai mayoritas dari pengguna media sosial sebagai sarana menciptakan tren di zaman teknologi informasi sekarang ini.
Sehingga, para generasi muda kata dia dinilai lebih efektif memberikan pengaruh ke berbagai kalangan umur, tentunya yang diinginkan menciptakan tren positif. Sementara, Bengkulu sendiri merupakan daerah dengan hampir setengah dari luas wilayahnya merupakan kawasan hutan dan didominasi hutan lindung.
Sejumlah satwa langka yang masuk kategori dilindungi juga ada di kawasan hutan Bengkulu seperti Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera.
Tidak hanya itu, Bengkulu juga menghadap langsung ke Samudera Hindia dengan garis pantai memanjang sejauh 524 kilometer dari selatan hingga ke utara Bengkulu.
Dia menambahkan, kekayaan laut Bengkulu juga mesti dilindungi, salah satu satwa dilindungi yang ada di Bengkulu yaitu penyu. Menurut dia terdapat enam dari delapan jenis penyu di dunia ini ada di perairan Bengkulu.
“Bengkulu bisa jadi daerah konservasi, dan memiliki potensi menjadi daerah wisata konservasi. Oleh karena itu butuh kesadaran masyarakat juga terkait konservasi, menjaga alam, habitat, ekosistem dan spesies yang dilindungi,” kata dia.
Kepala Laboratorium Perikanan Kelautan Universitas Bengkulu Dr Yar Johan mengatakan saat ini tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Bengkulu ikut fokus terkait konservasi penyu.
Upaya yang dilakukan, dengan meningkatkan riset dan teknologi untuk penangkaran penyu, terutama terkait tahapan pembesaran tukik pasca-menetas. Pada periode pembesaran, tukik rawan mati karena tidak bisa beradaptasi lingkungan sebelum dilepaskan ke laut.
Bahkan minggu lalu 200 tukik yang masuk dalam kolam pembesaran di Rumah Konservasi Komunitas Pelestarian Penyu Alun Utara Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu mati karena tidak mampu beradaptasi di kolam pembesaran.
“Setelah kami teliti ternyata kondisi kualitas air kolam pembesaran tidak bisa dipertahankan, mengakibatkan tukik mati. Kami pun membuat teknologi filter air dan pengukuran kualitas air guna menjaga kualitas dan kadar air sesuai dengan kebutuhan pembesaran tukik sebelum dilepaskan kembali ke lautan,” katanya.
Selain itu sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat, pihaknya juga terus intensif mengajak masyarakat untuk ikut dengan semangat konservasi penyu, dan mencegah jual beli baik telur maupun daging penyu, serta menjaga perairan Bengkulu bersih dari sampah yang membahayakan keberlangsungan hidup penyu.
“Kami pun menilai generasi muda dapat berperan besar, generasi ini dapat menggugah orang dewasa untuk ikut serta dalam semangat konservasi yang kita inginkan,” ujarnya.