Manuver Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, untuk menarik Menteri Keuangan (Menkeu) saat ini, Sri Mulyani, untuk tetap menjabat di bawah kepemimpinannya telah mendapatkan sorotan media asing. Hal ini diberitakan oleh kantor berita yang berbasis di London, Reuters.
Dalam artikel berjudul Indonesia’s Prabowo Asks Sri Mulyani to Remain as Finance Minister, Selasa (15/10/2024), Reuters mengulas bagaimana Prabowo berniat mengajak Sri Mulyani menjadi Menkeu kembali dengan alasan bahwa dirinya ingin memperkuat keuangan negara.
Kepastian ini didapatkan setelah Sri Mulyani bertemu dengan Prabowo pada Senin malam di kediaman pribadi Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta. Di saat tersebut, Prabowo diketahui mengadakan serangkaian pertemuan untuk mempersiapkan kabinetnya setelah dilantik pada 20 Oktober nanti.
Spekulasi telah merebak tentang siapa yang akan menjadi Menkeu Prabowo setelah pernyataannya awal tahun ini tentang rencana untuk menambah utang yang membuat pasar obligasi dan mata uang lokal gelisah.
“Pembahasan kami telah terjadi beberapa kali, bukan hanya malam ini, dan saya kira apa yang disampaikan (Prabowo) tetap konsisten: menjaga keuangan negara, terutama pendapatan dan belanja,” kata Sri Mulyani kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.
Sri Mulyani tidak menanggapi ketika ditanya apakah ia akan menerima pekerjaan tersebut. Namun setelah pertemuan tersebut, Prabowo mengatakan kepada wartawan bahwa semua kandidat telah setuju untuk menjadi menterinya.
Reuters kemudian menulis bahwa Sri Mulyani, yang juga mantan direktur pelaksana Bank Dunia, merupakan salah satu menteri keuangan terlama di Indonesia.
Diketahui, Sri Mulyani telah bekerja di bawah dua presiden. Dirinya juga telah memenangkan pujian karena mereformasi sistem perpajakan serta arahannya membawa ekonomi terbesar di Asia Tenggara melalui beberapa krisis, termasuk pandemi.
“Tawaran Prabowo kepada Sri Mulyani mengejutkan, tetapi merupakan langkah positif karena pengalamannya dan bahwa pasar keuangan mengenalnya dengan baik. Ia memiliki kredibilitas yang kuat dan juga sangat disiplin dengan manajemen fiskal dan keuangan negara,” ungkap Myrdal Gunarto, ekonom Maybank Indonesia.
“Saya berharap kehadiran Sri Mulyani bisa menjadi penahan jika pemerintahan baru mengeluarkan kebijakan yang tidak layak atau tidak realistis,” timpal ekonom dari Universitas Indonesia, Jahen Rezki.
Lembaga pemeringkat sebelumnya telah menandai potensi peningkatan risiko fiskal selama masa jabatan Prabowo. Ini disebabkan sejumlah program mahal yang ada dalam pemerintahannya, seperti memberikan makanan gratis kepada 83 juta anak-anak dan ibu hamil yang menelan dana Rp 435 triliun.
Selain Sri Mulyani, beberapa menteri dari pemerintahan yang akan berakhir, termasuk Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, juga bertemu dengan Prabowo. Mereka mengatakan telah diminta untuk bergabung dengan pemerintahan berikutnya, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut tentang posisi mereka.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga mengadakan pertemuan dengan Prabowo, di mana mereka disebut membahas ketegangan geopolitik dan dampaknya terhadap ekonomi. Ketika ditanya peran yang ditawarkan Prabowo, Airlangga mengatakan kepada wartawan untuk menunggu pengumuman.